Minat baca masyarakat Indonesia
masih relatif rendah karena aktivitas ini belum menjadi kebutuhan hidup dan
belum menjadi budaya bangsa. Indokator biro pusat statistik menyebutkan bahwa hanya 18,94 %
penduduk Indonesia diatas usia
10 tahun yang mendapatkan informasi dengan membaca, terpaut jauh dengan yang mendapat
informasi dari televisi
yang mencapai 90,27%, demikian menurut siaran pers yang diterima Parent’s
Guide.
Sedihnya, umumnya perilaku malas
membaca itu didominasi oleh usia pelajar atau masih produktif. Rendahnya minat
baca dikalangan pelajar sepertinya harus menjadi perhatian khusus masyarakat
Indonesia.Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dituntut lebih kreatif untuk
mendongkrak minat baca dikalangan pelajar.
Padahal, sudah tidak ada orang yang
bisa meragukan manfaat
membaca. Membaca akan menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan daya imajinasi
serta meningkatkan kreatifitas, selain juga akan membantu memahami pola dan
metodologi penyusunan logika. Hal-hal tersebut akan sangat membantu para
pelajar dimasa depannya.
Sementara itu, dalam pergaulan,
mafaat membaca buku akan membantu mereka untuk belajar mengekspresikan diri
secara jelas dan penuh percaya diri. Selain itu, mereka juga akan siap dalam menghadapi
kehidupan nyata serta belajar untuk menyikapi situasi dan lingkungan baru yang
asing bagi mereka.
Dinegara-negara maju diseluruh
dunia, budaya membaca didorong pada anak-anak usia dini. Orangtua dan
pemerintah memahami bahwa kebiasaan membaca yang sehat sangat penting bagi
generasi muda untuk bersaing di pasar global dimasa depan.
Menurut data statistik pengunjung perpunas
pada 2011, hanya 38100 orang yang datang berkunjung.Dari jumlah tersebut, hanya 2221
pengunjung yang berasal dari
kalangan pelajar Indonesia.Tentu saja ini menjadi gambaran yang tidak terlalu
menggembirakan mengenai minat baca dinegeri ini.
Perlu dikembangkan berbagai metode
kreatif agar membaca itu menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi para pelajar.
Semua pihak harus memikirkan cara terbaik untuk memancing minat membaca
pelajar. Setiap anggota masyarakat harus membantu terwujudnya gerakan berbagai organisasi
kemasyarakatan sudah memulai gerakan diindonesia dan mengusahakan agar pelajar
dapat mengakses buku-buku ini dengan mudah disebanyak mungkin tempat.Contohnya,
badan perpustakaan untuk diterapkan
secara nasional dalam menyediakan akses buku-buku kepada pelajar.
Dalam waktu dekat, armada
perpustakaan keliling yang baru juga akan beroperasi dilingkungan Anda. Armada perpustakaan
ini menjanjikan lebih banyak keuntungan selain daripada sekedar mengakses
buku-buku.Minat pembaca adalah salah satu fondasi penting dalam mencerdaskan dan
memajukan bangsa Indonesia, seperti halnya bagi negara lain manapun. Hal itulah
yang membuat berbagai inisiatif mendongkrak minat baca bagi para pelajar
Indonesia akan sangat berarti.
Kurangnya
kegemaran membaca adalah menurunnya keinginan untuk menambah pengetahuan lewat
jendela dunia berupa bacaan sebagai sumber informasi.
Rendahnya
minat baca dikalangan siswa khususnya siswa kelas X SMA dan masyarakat
Indonesia pada umumnya, berpengaruh buruk terhadap kualitas pendidikan. Wajar,
sudah lebih setengah abad bangsa Indonesia merdeka, permasalahan kualitas
pendidikan masih berada dalam potret yang buram.Kualitas pendidikan bangsa
Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangganya.
Kurangnya
kegemaran membaca di kalangan siswa terjadi karena siswa terbiasa disodorkan oleh informasi instan yang biasa
diperoleh dari siaran TV dan media elektronik lainnya.Disamping itu, remaja
menganggap membaca adalah hal yang membosankan. Padahal dengan membaca
cakrawala intelektual kita bisa terbuka dan menjadikan kita lebih tanggap akan
lingkungan sekitar.
Mengingat
pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi para pelajar,
maka tingginya minat baca bagi para pelajar, wajib dipupuk karena membaca amat
menentukan bagi prestasi seorang pelajar. Bagaimana prestasi belajar siswa akan
tinggi jika para siswa enggan membaca baik buku–buku yang berhubungan
denganpelajaran ataupun buku–buku lainnya yang menunjang?.
Buku
adalah harta terpendam yang dapat mencerdaskan bangsa, bagaimana bangsa
kita bisa cerdas jika setiap pelajarnya enggan untuk membacanya.Tinggi
rendahnya minat baca suatu bangsa amat menentukan kualitas sumber daya manusia,
sedangkan kualitas sumber daya manusia sangat menentukan perkembangan suatu
bangsa.
Meskipun
hampir di setiap sekolah memiliki perpustakaan, namun selama ini perpustakaan
hanya dianggap tempat menyimpan buku.Hanya sedikit pelajar yang memiliki
kesadaran untuk berkunjung ke perpustakaan pada saat waktu luang.Sebagian
besarnya menggunakan waktu luang untuk bermain atau sekedar mengobrol kanan, kiri, kalaupun ada
yang berkunjung ke perpustakaan itu hanya pada saat–saat tertentu saja,
misalnya pada saat ada tugas dari para guru. Ada juga para siswa yang
berkunjung ke perpustakaan hanya untuk membaca cerita roman, para siswa tidak
memiliki kesadaran akan arti penting membaca.
Penyebab munculnya masalah kurang membaca:
1.
Karena membaca bukan budaya masyarakat Indonesia.
Kita lebih terbiasa mendengar orang tua ataupun kakek nenek kita bercerita dan
mendongeng ketimbang membaca buku cerita.
2.
Pengaruh budaya dengar, tonton, dan media
elektronik yang berkembang pesat. Anak tidak dibiasakannya mengisi waktu luang
dengan membaca buku, sebaliknya tahan berlama-lama nonton televisi. Ada yang
mengatakan bahwa budaya baca di Indonesia yang memprihatinkan ini karena kita
langsung meloncat dari budaya lisan ke gambar (televisi dan film). Sedangkan
negara-negara barat dimulai dari budaya bicara, baca, baru ke gambar.
3.
Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat
pelajar atau mahasiswa harus membaca buku, mencari, dan menentukan informasi
lebih dari sumber yang diajarkan di sekolah.
4.
Kurang tersedianya buku-buku yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau juga menjadi faktor penyebab rendahnya minat baca.
Hal itu diperparah minimnya perpustakaan di tempat-tempat umum yang mudah
dijangkau. Juga kurang memadainya koleksi, fasilitas, dan pelayanan yang ada.
Termasuk, tidak meratanya penerbitan dan distribusi buku ke berbagai daerah.
Beberapa faktor penyebab kurangnya kegemaran
membaca di kalangan remaja adalah :
1.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
adalah faktor utama dalampembentukan kepribadian seseorang, jika lingkungan
sekitar kita berisikanorang-orang yang memiliki hobi kongkow-kongkow, tidak suka membaca sedikit banyakakan mempengaruhi
diri kita.
2.
Teknologi yang semakin canggih
Banyaknya
media hiburan seperti TV, komputer, hand phone, VCD, tape recorder,dan
lain–lain. Hal ini banyak menyita waktu dan orang lebih memilih
menikmatihiburan dibandingkan dengan membaca buku .
3.
Kurangnya Kesadaran
Meskipun
kedua faktor di atas tidakada, hobi membaca tidak akan tercipta jika kita tidak
menanamkan kesadaran akanmanfaat membaca. Namun sebaliknya, meskipun kedua
faktor di atas ada, jika masing-masing individu menanamkan rasa kesadaran akan
pentingnya membaca, tentusaja hobi membaca akan muncul dalam diri kita dan
membaca akan menjadikebutuhan bagi diri kita.
4.
Kurangnya Motivasi
Motivasi
dari berbagai pihak amat dibutuhkan terutama dari dewan guru dan orang tua
murid .
5.
Suasana Perpustakaan yang kurang nyaman
Cara Menanggulanginya:
1. Memberikan pemahaman akan
pentingnya membaca
Cara ini menekankan pada siswa bahwa membaca memiliki banyak manfaat.
Karena dari membaca pengetahuan semakin luas dan akan banyak hal baru yang akan
kita dapat .
2. Motivasi dari berbagai pihak
Guru sebagai fasilitator wajib memberikan motivasi
kepada para siswanya, dengan cara memberikan berbagai tugas yang sumbernya
dapat diperoleh di perpustakaan, dengan begitu siswa akan sering berkunjung ke
perpustakaan. Bukan hanya dewan guru saja yang wajib memberi motivasi tapi juga
orang tua siswa, karena motivasi merupakan energi penting didalam meraih
keberhasilan, dan merupakan bentuk aktualisasi yang pada umumnya diwujudkan
dalam perbuatan nyata.
3.
Membuat suasana perpustakaan menjadi nyaman
Suasana perpustakaan yang nyamanmembuat para siswa betah untuk
berlama-lama di perpustakaan dan hal ini akanmendorong siswa untuk berkunjung
ke perpustakaan serta membaca buku–buku yangada.
4.
Ketersediaan buku-buku yang berkualitas di
perpustakaan
Buku-buku yang berkualitas dan mudah di telah akan mendorong para siswa
untuk gemar membaca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan.
5. Adanya
kesamaan visi dan misi dari pemerintah dalam rangka
meningkatkan minat baca masyarakat pada umumnya dan khusus pelajar.
6. Selain
sekolah sebagai institusi yang mengajarkan membaca, peran ibu dinilai amat
berpengaruh. Seorang ibu biasanya memiliki waktu jauh lebih banyak dibandingkan
ayah. Anak juga lebih dekat dengan ibu. Ibu punya kekuatan luar biasa untuk
membentuk anak. Kalau ibu menggunakan peranannya dalam konteks memberikan
contoh yang baik bagi anaknya, seperti membaca maka anak akan menjadi pembaca.
7. Mengenalkan
buku/bacaan terhadap anak sejak kecil, serta membiasakan diri untuk mengajak
anak mengunjungi toko buku dan perpustakaan.
8. Guru atau dosen lebih sering memberi tugas
yang membuat anak didik harus mencari informasi di perpustakaan.
9. Saling
membacakan secara bergantian dalam suatu kelompok dapat memberikan nuansa
berbeda pada materi yang dibacanya, kemudian dilanjutkan dengan membahas inti
bacaanya.
10. Mengundang penulis, narasumber atau tokoh yang
berhubungan dengan buku yang dibaca. Sehingga dapat memotivasi untuk juga
berkarya tulis.
11. Melakukan
kunjungan ke tempat-tempat objek tulisan, sehingga dapat mencocokkan apa yang
dilihat dan dibaca.
12. Membiasakan saling memberikan buku sebagai
hadiah.
13. Meminjamkan buku satu sama lain.
14. Membuat
anggaran khusus belanja buku.
15. Pengadaan lomba-lomba membaca dan menulis,
menggambar dengan memberikan penghargaan, menjadi pendorong untuk menggairahkan
minat baca.
16. Mempagelarkan
karya-karya tulis dalam suatu pementasan, dimaksudkan untuk mengembangkan
budaya baca melalui seni seperti tari, nyanyi, musik, puisi dan lain-lain.
Tak dapat dipungkiri, kehadiran
sastra remaja yang lebih populer dengan TeenLit
(teenagers literature) memang cukup memengaruhi minat baca para remaja. Mereka
yang kurang menyukai bacaan berat (sastra serius) memang lebih banyak meminati
bacaan TeenLit, karena karya jenis
ini memang lebih ringan dan mudah dicerna. Bahasa yang digunakan pengarang pun
tak berat dan rumit, sehingga mereka lebih mudah memahami apa yang disampaikan
pengarang.
Mayoritas remaja mengakui, kegemaran mereka terhadap TeenLit disebabkancerita dan bahasanya yang memang dan dekat dengan dunia mereka. Ini tak mengherankan karena sebagian besar pengarang-pengarang TeenLit sendiri masih remaja, atau paling tidak anak muda.Mereka dapat bercerita dengan fasih tentang lika-liku kehidupan remaja, sehingga para remajayang membaca karya-karya mereka merasa dekat dan akrab.
Sementara itu, dalam dunia penerbitan, kehadiran TeenLit memang cukup menggiurkan.Pangsa pasar remaja yang luas membuat beberapa penerbit sangat antusias menghadirkan bacaan yang memang sedang marak dan banyak diburu di pasaran.Tak sedikit dari penerbit yang sebelumnya tak memiliki lini TeenLit, akhirnya memasang caption khusus di setiap buku yang diterbitkan.Sebut saja penerbit Gramedia. Penerbit yang cukup merajai dunia perbukuan di Tanah Air itu sejak 2004 memang konsisten dengan penerbitan buku TeenLit setelah sebelumnya sukses dengan buku-buku ChickLit. Novel Dealova karya pengarang muda Dyan Nuranindya tercatat sebagai salah satu pelopor novel TeenLit asli (non terjemahan) yang diterbitkan Gramedia. Novel ini terbilang sukses, terutama setelah difilmkan dengan judul sama.
Sejak itulah geliat penerbitan novel dengan genre TeenLit ini makin terasa.Banyak penerbit yang berlomba-lomba menerbitkan novel tema remaja yang ringan dan mudah dicerna.Membacanya pembaca tak perlu mengerutkan kening karena dari segi isi memang tak terlalu berat.
Jika diteliti, tema yang diangkat dalam sastra remaja memang tak jauh dari tema cinta dan pernak-pernik dunia remaja. Tema yang lebih banyak memotret problematika kehidupan remaja itulah yang menyebabkan novel TeenLit laris manis di pasaran.
Lahirnya
Mayoritas remaja mengakui, kegemaran mereka terhadap TeenLit disebabkancerita dan bahasanya yang memang dan dekat dengan dunia mereka. Ini tak mengherankan karena sebagian besar pengarang-pengarang TeenLit sendiri masih remaja, atau paling tidak anak muda.Mereka dapat bercerita dengan fasih tentang lika-liku kehidupan remaja, sehingga para remajayang membaca karya-karya mereka merasa dekat dan akrab.
Sementara itu, dalam dunia penerbitan, kehadiran TeenLit memang cukup menggiurkan.Pangsa pasar remaja yang luas membuat beberapa penerbit sangat antusias menghadirkan bacaan yang memang sedang marak dan banyak diburu di pasaran.Tak sedikit dari penerbit yang sebelumnya tak memiliki lini TeenLit, akhirnya memasang caption khusus di setiap buku yang diterbitkan.Sebut saja penerbit Gramedia. Penerbit yang cukup merajai dunia perbukuan di Tanah Air itu sejak 2004 memang konsisten dengan penerbitan buku TeenLit setelah sebelumnya sukses dengan buku-buku ChickLit. Novel Dealova karya pengarang muda Dyan Nuranindya tercatat sebagai salah satu pelopor novel TeenLit asli (non terjemahan) yang diterbitkan Gramedia. Novel ini terbilang sukses, terutama setelah difilmkan dengan judul sama.
Sejak itulah geliat penerbitan novel dengan genre TeenLit ini makin terasa.Banyak penerbit yang berlomba-lomba menerbitkan novel tema remaja yang ringan dan mudah dicerna.Membacanya pembaca tak perlu mengerutkan kening karena dari segi isi memang tak terlalu berat.
Jika diteliti, tema yang diangkat dalam sastra remaja memang tak jauh dari tema cinta dan pernak-pernik dunia remaja. Tema yang lebih banyak memotret problematika kehidupan remaja itulah yang menyebabkan novel TeenLit laris manis di pasaran.
Lahirnya
Selain efek menjamurnya penerbit yang menerbitkan novel TeenLit, dampak hadirnya bacaan ini juga berpengaruh terhadap jumlah penulis muda di Tanah Air.Tak terhitung jumlah penulis remaja yang sekarang bermunculan.Baik dari kalangan anak-anak atau remaja yang ikut memeriahkan dunia literasi.Tentu, ini merupakan berita baik yang perlu diapresiasi. Kehadiran mereka di ranah literasi patut diacungi jempol karena mereka telah memberi sumbangsih pada masyarakat dan generasi mendatang agar bisa membaca,
Namun,
bermunculannya novel TeenLit dan para penulis diakui oleh pengarang dan
praktisi perbukuan memang akan mengalami persaingan yang kentara, melihat
jumlah penulis yang makin banyak. Apalagi, tema yang mereka garap hampir serupa;
tentang cinta dan lika-likupergaulan dunia remaja.
Menurut Asma Nadia, salah seorang pengarang novel remaja, sejauh ini novel-novel TeenLit mayoritas memaparkan kehidupan remaja dan permasalahannya, tapi hanya sekadar potret. Mereka belum banyak yang memberi solusi yang mendidik.Padahal, menurut Asma Nadia, sebuah karya seharusnya bisa berfungsi lebih dari sekadar bacaan yang menghibur.Tapi, juga ada nilai-nilai yang ditawarkan serta memberi kontribusi yang kentara pada remaja.
Sementara dari para pengarang sendiri, Asma Nadia melihat belum ada yang jejak kepengarangannya kuat, atau yang punya gaung.Untuk itu, pengarang TeenLit harus berbenah jika memang ingin serius jadi pengarang. (Annida, 2007: 22)
Menurut Asma Nadia, salah seorang pengarang novel remaja, sejauh ini novel-novel TeenLit mayoritas memaparkan kehidupan remaja dan permasalahannya, tapi hanya sekadar potret. Mereka belum banyak yang memberi solusi yang mendidik.Padahal, menurut Asma Nadia, sebuah karya seharusnya bisa berfungsi lebih dari sekadar bacaan yang menghibur.Tapi, juga ada nilai-nilai yang ditawarkan serta memberi kontribusi yang kentara pada remaja.
Sementara dari para pengarang sendiri, Asma Nadia melihat belum ada yang jejak kepengarangannya kuat, atau yang punya gaung.Untuk itu, pengarang TeenLit harus berbenah jika memang ingin serius jadi pengarang. (Annida, 2007: 22)
TeenLit dan Royalti Penulis.Menulis selain sebagai salah satu bentuk ekspresi seorang penulis, juga sebagai lahan penghasilan yang diharapkan oleh semua penulis. Tak heran, jika ada penulis yang sukses dan kaya raya dari hasil penjualan buku-bukunya.Sebut saja JK Rowling yang kekayaannya konon melebihi kekayaan Ratu Inggris, Elizabeth II.Berkah itu didapatnya dari serial novelnya Harry Potter, yang berkisah tentang penyihir cilik.Padahal, sebelumnya Rowlingadalah perempuan yang terbilang miskin.
Namun,
tahun 1997 nasibnya berubah total ketika penerbit Inggris, Bloomsbury Press,
menerbitkan buku Harry Potter yang pertama, Harry Potter and The Philosophers
Stone (di Amerika terbit dengan Harry Potter and Sorcerers Stone).Bahkan, seri
kelima Harry Potter and The Order of the Phoenix, laris terjual pada hari
pertama diluncurkan.Meledaknya penjualan ini membuat buku itu dinobatkan
sebagai buku terlaris sepanjang masa. Cetakan pertama seri kelima ini, yang
berjumlah 8,5 juta eksemplar, sebagian besar dipesan sebelum naik cetak.
(Rahmadiyanti, 2004: 57).
1 komentar:
Perayaan hari buku nasional gak bisa dilepaskan dari minat baca. Banyak cara dilakukan untuk meningkatkan minat baca, seperti yang dilakukan oleh best western kemayoran yang membagi-bagikan buku gratis.