 
  
 
Kim Peek adalah manusia super jenius yang lahir dengan keterbelakangan mental
 dilahirkan pada tahun 1951 dengan ukuran kepala 3 kali lebih besar 
dibandingkan ukuran kepala bayi normal. Selain itu, Kim juga divonis 
menderita encephalocele, yaitu semacam luka di belakang kepala yang 
memperlihatkan sebagian otaknya yang menonjol keluar. Di usia tiga 
tahun, luka itu semakin meluas dan merusak sebagian otak Kim. Tahun 
1983, Kim menjalani pemeriksaan X-ray yang berhasil menyibak keanehan 
yang terjadi di otak Kim, yaitu otak Kim hanya memiliki satu bagian! 
Dengan kata lain, otak Kim tidak terbagi menjadi otak kanan dan otak 
kiri layaknya orang normal.Kemudian, setelah dilakukan pemeriksaan 
lanjutan, kemballi diperlihatkan bahwa setengah dari bagian otak Kim 
telah terpecah menjadi tiga bagian.
Menurut
 ayahnya, Peek sudah memiliki ingatan yang kuat sejak usia 16-20 bulan. 
Ia membaca buku, mengingat isinya lalu mengembalikan buku-buku tersebut 
dengan posisi terbalik ke rak untuk menunjukkan kalau ia sudah selesai 
membacanya. Ia membaca satu buku dalam waktu satu jam, dan mengingat 
nyaris semua yang ia baca, mengingat informasi yang sangat luas dalam 
hal sejarah, literatur, geografi, angka, olahraga, musik dan tanggal. 
Teknik membacanya yaitu dengan membaca halaman kiri dengan mata kirinya 
dan halaman kanan dengan mata kanannya, dengan cara ini ia bisa membaca 
dua halaman sekaligus dengan rate 8-10 detik per halaman. ia bisa 
mengingat isi 12000 buku.


 
 Berbagai pemeriksaan itu tak juga memberikan keterangan mengenai 
penyebab kejeniusan Kim, hanya penyebab ketidakmampuannya. Kim memiliki 
kelemahan dalam hal motorik, bahkan untuk mandi dan menggosok gigi pun 
tak dapat dilakukan seorang diri. Ketika Kim lahir, dokter memvonisnya 
sebagai ‘anak terbelakang’ atau ‘cacat mental’ dan ia menyarankan kedua 
orang tua Kim untuk membawanya ke rumah perawatan. Namun pada saat itu 
Fran dan istrinya membawa pulang Kim dan memperkenalkan Kim pada buku. 
Pada usia tiga tahun, Kim bertanya pada Fran arti kata “rahasia”. Sambil
 bercanda, Fran menyuruh putranya itu untuk mencarinya di kamus. “Saat 
itu ia belum bisa berjalan”, kenangnya, “jadi ia merangkak ke arah meja,
 mengangkat tubuhnya ke atas meja dan sekitar 30 detik.
kemudian ia berseru ‘ketemu!’” Saat berumur 4,5 tahun Kim sudah hafal 8 
volume awal dari satu set ensiklopedia yang ada di rumahnya. Bahkan, 
baru-baru ini telah terungkap bahwa Kim dapat membaca 2 halaman buku 
secara bersamaan dan meyerap isinya hanya dalam waktu 10 detik! Hebatnya
 lagi informasi yang ia peroleh tadi tak akan dia lupakan. Menakjubkan!
Selain
 kemampuan menghafal dan aritmatika yang jauh d iatas rata-rata, Kim 
juga mencintai musik dan belajar memainkan piano pada Dr. April Greenan 
dari Universitas Utah. “Dia mempunyai kemampuan bermusik yang fenomenal 
dan lebih dari sekedar menghafal”, Ujar Dr.Greenan. “Bila Kim mendengar 
sebuah simfoni saat dia kecil, dan kemudian mendengarnya lagi pada usia 
53 tahun, ia langsung dapat mengetahui bila terdapat kesalahan kecil 
pada permainan musik itu.”
Sesungguhnya apa yang dikatakan dokter
 yang membantu kelahiran Kim ialah benar, bahwa Kim bukanlah merupakan 
seorang autis jenius, tapi lebih tepat disebut pria dengan 
keterbelakangan mental yang superjenius. Karena seorang yang jenius 
biasanya memiliki kemampuan luar biasa dalam 3 bidang. Tetapi Kim, sang 
superjenius, memiliki kemampuan yang sangat hebat setidaknya di 15 
bidang yang berbeda! Hal ini disebabkan karena kemampuan menghafal 12000
 buku, memprediksi cuaca dan memiliki kemampuan bermusik layaknya 
Mozart!
Tak ada orang lain di dunia ini yang memiliki kapasitas otak seperti Kim
 Peek. Badan Antariksa Amerika (NASA) pun tertarik menggunakan berbagai 
peralatan canggih, seperti brain imaging dan data fusion techniques, 
untuk menemukan rahasia di balik kemampuan otak Kim yang mengagumkan. 
Ketika Kim ditanya mengenai pendapatnya mengenai langkah yang akan 
diambil NASA, ia pun menjawab, “Itu yang terbaik.” Mengapa dia bisa tahu
 segalanya? “Karena saya punya rasa cinta yang besar pada semua yang 
saya lihat,”ujar Kim. Sulit untuk berbincang-bincang dengan Kim. 
Pikirannya mampu berpindah-pindah dengan kecepatan tinggi. Namun dengan 
bantuan Fran, Kim selalu dibimbing untuk kembali pada topik pembicaraan 
semula. Dalam sebuah pembicaraan umum, seorang bercerita bahwa ia 
dibesarkan di kota Cirencester. “Itu adalah nama kamp orang Romawi, 
Corin,” sahut Kim. “Corinium,” ujar orang tersebut seraya membetulkan 
pernyataan Kim. Tetapi belakangan, setelah dicek ulang, Kimlah yang 
benar. Karena orang-orang Romawi mengambil nama Corinium dari bahasa 
Keltik, Corin.

