By: Nindy Paramitha
Masduki
Dimalam
yang gelap, Tini sedang berusaha untuk mengerjakan subuah Pr dari guru Bahasa
Indonesia-nya. Setelah ia menyelesaikan Pr-nya tersebut, ia mulai berpikir
“Mengapa aku diberi mana Kartini?” dan “Di zaman seperti ini mengapa orang tua
ku mamberi nama yang rasanya sangatlah ketinggalan zaman?”.
Tini pun
teringat teman-temannya yang ada di sekolah. Nama yang dipunyai oleh
teman-temannya tersebut sangatlah bagus. Ada Claudia, Tania, Miranda dan lain
sebagainya. Tidak ada satu pun yang kampungan. Pada awalnya memang Tini tidak
merasa bahwa namanya itu kampungan, akan tetapi banyak teman lelekinya yang
mengejek-ejek nama Tini. Ada yang bilang “Ah, Tini kan nama tukang ketoprak di
dekat rumah gw..” dan ada juga yang bilang “Loh? Di daerah rumah gw Tini itu
tukang jamu..!”.
Hmm…
sering sekali Tini mendapat ejekan seperti itu tetapi Tini tidak
menghiraukannya. Namun Lambat lalun ia merasa tidak nyaman. Pernah suatu hari
Tini meminta kepada ibunya untuk mengganti mananya tersebut. Alhasil ibunya
tidak menginzinkannya karena alasan nama Kartini itu adalah nama pemberian dari
Alm ayahnnya untuk dirinya. Ia harus menghargai nama pemberian ayahnya tersebut
kalau tidak ayah akan sedih di atas sana. Tini kecil yang baru ditinggal sang
ayah tidak ingin Alm ayahnya bersedih. Jadi, ia tidak meninta hal yang
aneh-aneh jika disinggungkan tentang ayahnya. Ayah Tini meninggal saat
menjalankan tugas sebagai alat pertahanan negara. Ya, ayahanda Tini adalah
seorang TNI AL yang gugur.
Terlalu
lama Tini memikirkan hal tersebut. Tidak terasa waktu menunjukan pukul setengah
sepuluh malam, tetapi belum ada rasa kantuk yang menggelayuti matanya. Sampai
pada akhirnya Ibu melihat pintu kamar Tini yang sedikit terbuka. Lalu Ibu
berniat untuk menutup rapat pintu tersebut karna tekut kamar anaknya
dikerubungi oleh nyamuk. Perlahan Ibu mengintip kedalam kamar melalui celah
pintu karena ingin melihatanaknya yang sedang tertidur pulas. Namun yang
dilihat bukanlah Tini yang sedang tidur melainkan Tini yang masih duduk manis
di meja belajarnya.
“Tok..Tok..”.
Ibu pun mengetuk pintu. Dengan segera Tini menoleh ke sumber suara.
“Eh Ibu,
Tini kira siapa.. hehehe”. Ujar Tini setengah kaget.
“Memengnya
menurut kamu siapa? Mahluk halus?”. Ujar Ibu ssambil bercanda dan segera duduk
di kasur Tini.
“Hahahaha..
ah Ibu, bukan bu, Tini kira kak Rizky. Dia kan jahil bu, suka masuk ke kamar
orang seenaknya..”. jawab Tini.
“Eh,
jangan gitu. Dia kan kakakmu juga. Kamu kenapa belum tidur? Tidak seperti
biasanya. Apa ada masalah??”’ Tanya ibu.
“Emh,,
nggak kok bu, Tini lagi mikir tentang Pr Bahasa Indonesia ini nih bu..”. jawab
tini seraya menunjukan bukunya kepada ibu.
“Loh? Ini
kan sudah selesai? Memang pap kesulitannya?”. Tanya ibu lagi.
“Tini
nggak merasa kesulitan kok bu, tapi Tini bingung..”. kata Tini. Hal ini membuat
Ibunya ikuta jadi bingung.
“Loh
katanya tidak sulit, tapi kok bingung?”. Tanya ibu sambil memperhatikan tulisan
Tini sedetai-detailnya. “Ini juga sudah benar kok silsilah keluarganya.. Apa
yang membuatmu bingung nduk??”. Sekali lagi ibu bertanya dengan suara yang
lemah lembut.
“Lihat
deh bu, nama ayah, nama ibu, nama kakak dan nama Tini…!”. Ujar Tini.
“Iya,
kenapa toh?”. Tanya ibu.
“Hmm,
bu.. kayaknya cuma nama Tini yang jel- eh, maksudnya aneh bu..”. ujar tini
dengan hati-hati, karena bagaimana pun juga nama itu pemberian orangtuanya.
Tini takut ibu jadi tersingung.
“Loh??
Aneh gimana toh nduk? Kartini itu kan nama bagus nduk?”. Ujar ibu dengan nada
suara yang tidak berubah yaitu lembut.
“Iya sih
bu,,”. Jawab Tini singgkat “tapi bu menurut Tini nama itu sangat aneh bu.. Kata
teman-teman tini pun Kartio itu nama yang ‘primitif’..”. Ujar Tini setengah
merengek.
Ibu hanya
terdiam mencoba menelaah semua perkataan anak perempuannya tersebut.
“Bu? Maaf
Tini sudah lancang menanyakan hal seperti itu. Habisnya Tini bingung kenapa
nama Tini itu jadul, tapi kakak? Nama dia lumayan keren bu, ga se-primitif
Tini? Padahal sia yang jauh lebih dulu lahir dan pastinya lebih tua dari pada
Tini ehh tapinya nama dia lebih keren dari pada Tini.”. Jelas Tini.
Oh, jadi
itu yang membuatmu bingung sedari tadi?”. Tanya Ibu. Tini pun mengangguk.
“Nduk,
asal kamu tau semua nama itu pasti mengandung arti. Yahh, walaupun tidak
memiliki arti tetapi apsti ada maksud tertentu dari orangtuanya.”. Jelas ibu.
“Iya bu,
Tini ngerti. Nah, lalu apa alasan ayah dan ibu mamberi nama Tini itu Kartini?”.
Tanya Tini dengan wajah yang serius.
“Kamu tau
nggak siapa yang ada di gambar itu?”. Tanya ibu sembari menunjukan sebuah
gambar yang ada di buku sejarah Tini.
“Iya bu,
tau. Itu kan R.A Kartini kan?”. Jawab Tini.
“Betul,
pintar kamu nduk. Nah, kamu tau nggak apa yang mambuat R.A Kartini itu special
di masa-masa dulu bahkan sampai sekarang?”. Tanya ibu lagi.
“Setau
tini bu, R.A Kartini itu anak bangsawan bu, terus beliau itu tokoh emansipasi
wanita bu..”. Kata Tini.
“Nah,
ayahmu itu mau kamu seperti beliau nduk..”. Kata ibu.
“Maksudnya
bu?”. Tanya tini sedikit bingung.
“Jadi
gini loh.. Zaman dahulu itu anak perempuan itu tidak dibolehkan mencari ilmu.
Anak perempuan itu hanya diperbolehkan di dapur, masak, beres-beres rumah dan
mengurus anak. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan sokolah. Nah, R.A
Kartini itu adalahanak yang beruntung. Beliau adalah seorang anak dari
bangsawan. Yahh, kalau dibandingkan dengan sekarang ini ayahnya itu sekelas
dengan Bupati. Jadi, beliau diperbolehkan sekolah. Dan sekolahnya pun bukan
dengan orang-orang sembarangan, melainkan anak dari para penjajah. Namun, pada
suatu hari ayah dan ibu R.A Kartini memutuskan untuk memberhentikan
beliau dari sekolahnya dan beliau harus segera menikah. Pada akhirnya R.A
Kartini itu dipingit. Rutinitasya di dalam kamar adalah membaca buku dan
bersuratria dangan teman-tamannya. Suratnya tersebut berisikan tentang
kekecewaan beliau terhadap aturan-aturan yang mengatur bahwa wanita tidak boleh
ini, tidak boleh itu, hanya boleh di dapur dan mengurus anak saja. Padahal
menurut beliau wanita juga bias melakukan sesuatu selain memasak auat mengurus
anak. Wanita juga bias berprestasi menurutnya.”. Cerita ibu kepada Tini.
“Kok ibu
bias tau isi dari surat itu?”. Tanya Tini.
“Lah? Kan
da bukunya toh nduk. Apa kamu tidak tau?”. Tanya ibu kepada Tini.
“Buku?
Buku apa bu? Hehe Tini kurang tau bu..”. Ujar Tini gambil menggaruk=garuk
kepalanya.
“Tuh..
Makanya kalau lagi waktu senggang itu banyakin baca buku toh nduk.. Buku yang
menjelaskan tentang isi surat-surat R.A Kartini yang dikirin kepada
teman-temannya itu berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku itu dibuat
tidak lama setelah R.A Kartini wafat.”. Jelas ibu.
“Oh, gitu
toh bu, hehehe.. Hmm sebenarnya Tini tau kok bu sama judul buku tersebut. Hanya
saja Tini nggak tau isinya.. hehehe”. Jawab Tini tersipu malu. Memang Tini itu
tergolong anak yang malas membaca.
“Ya
isinya itu tentang beliau yang ingin sekali menaikan derajat wanita sampai
setara denganpara pria. Namun dalan artian wanita juga bisa berprestasi dan
bekerja selain pekerjaan wanita pada umumnya.”. Jelas ibu. “Nah, ayah dan ibu
mau kamu seperti beliau, tetap mencari ilmu walau pun banyak rintangannya.
Kalau dulu mungkin masalahnya tidak diperbolehkan sekolah, tapi zaman sekarang
rata-rata karena biaya. Nah, kamu itu mesti berjuang menggapai cita-citamu
mwlaupun ibu tidak bias membiayai kamu nduk. Banyak jalan menuju roma. Kamu
jangan pernah menyerah untuk menggapai cita-citamu ya nduk. Kalau kamu di
dasari oleh niatan yang baik pasti Gusti Allah akan mempermudah proses kamu
dalam menggapai cita-citamu itu nduk..”. Jelas ibu lagi.
“oh, jadi
karena itu ayah dan ibu memberikan Tini mana Kartini? Hehe..” Kata Tini.
“Iya
nduk, kamu masih mau mengganti namamu itu?”. Tanya ibu.
“Hah?
Nggak bu, nggak..! tini nggak mau ganti nama lagi, karena nama Tini mempunyai
makna yang sangat bagus bu,, Trimakasih ya bu…”. Ujar Tini seraya memeluk
ibunya. “Oh iya bu, kata ibu semua nama punya makna, nah, nama kak Rizky itu
apa ya bu??”Tanya Tini iseng.
“Oh,
kakakmu itu, gini loh, kamu tau kan kalau pekerjaan ayahmu itu melaut terus.
Nah, waktu kakamu itu lahir, ayahmu itu langsung memberi nama Muhammad Rizky
Satria, maknanya sih simple. Ayahmu itu ingin kakakmu menjadi satria disaat
ayah sedang melaut dan juga bias mengalirkan rezeki buat ayah dan ibu.”. Jelas
ibu.
“Oh, gitu
bu.. hehe. Iya Tini sekarang tau bahwa sejelek apa pun nama seseorang pasti
punya arti atau makna tertentu dari orang yang memberikan nama tersebut.
Seperti Tini, walau pun namanya jadul, tapi memiliki makna yang sangat bagus..
hehe” kata tini penuh senyum. Ibu pun ikut tersenyum.
“Hoaaammh,,,
bu, Tini sudah ngantuk..”. Kata Tini.
“Ya
sudah, kamu tudur ya nduk.. Biar besok tidak kesiangan.”. Jawab ibu seraya
menaikan selimun ke tubuh Tini. Tidak lipa ibu mengecupkan bibirnya di kening
Tini dan mulai beranjak pergi maninggalkan Tini dalam posisi yang sudah siap
untuk bermimpi indah. Sabelum keluar dari kamar Tini ibu memetikan lampu dan
berkata “Selamat tidur nduk..”. Ucap ibu seraya tersenyum. “Semoga kamu bias
mengirti maksud dari namamu dan bias mengamalkan apa yang diinginkan oleh
ayahmu.”. Ucap ibu lagi, tetapi kali ini ibu mengungkapkannya di dalam hati
seraya menutup pintu kamar Tini.